Judul: Asia Tenggara Menghadapi Tantangan Iklim yang Belum Pernah Terjadi Sebelumnya di April 2025
April 2025 telah terbukti menjadi bulan penting bagi Asia Tenggara, karena kawasan ini bergulat dengan peristiwa cuaca ekstrem dan tren iklim yang mengkhawatirkan. Dari rekor hujan salju terendah di Himalaya hingga gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya, dampak perubahan iklim menjadi semakin jelas.
Hujan salju Himalaya di level terendah 23 tahun
Himalaya, sering disebut sebagai “Menara Air Asia”, telah mengalami hujan salju terendah dalam 23 tahun. Penurunan signifikan ini mengancam pasokan air untuk sekitar dua miliar orang di seluruh Asia, termasuk negara-negara seperti Kamboja, India, Cina, dan Pakistan. Tumpukan salju yang berkurang mengurangi pencairan musim click here semi, berdampak pada pertanian, tenaga air, dan pengisian ulang air tanah di seluruh wilayah. Para ahli mengaitkan anomali ini dengan pemanasan global dan pola cuaca yang terganggu, seperti fase La Niña yang melemah.
Gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh Asia Selatan
Asia Selatan mengalami suhu ekstrem, dengan beberapa daerah mencapai hingga 120 ° F (49 ° C). Timbulnya gelombang panas dini ini membebani jaringan listrik, meningkatkan risiko kebakaran hutan, dan memperburuk krisis kesehatan. Para ilmuwan mengaitkan perubahan ini dengan perubahan iklim, mencatat bahwa gelombang panas menjadi lebih sering, lebih lama, dan lebih intens, terutama di bulan-bulan yang secara tradisional lebih dingin.
Prospek Cuaca Kamboja
Di Kamboja, April biasanya merupakan bulan terpanas dalam setahun. Tahun ini, suhu siang hari rata-rata telah mencapai 34 ° C (93 ° F), dengan suhu malam hari turun menjadi 26 ° C (79 ° F). Ibu kota, Phnom Penh, telah mengalami curah hujan sekitar 8,6 hari, menumpuk sekitar 101 mm. Meskipun curah hujan, wilayah ini terus mengalami tingkat kelembaban yang tinggi, membuat panas terasa lebih intens.
Pergeseran dan Prakiraan Iklim Regional
Kawasan ASEAN telah bertransisi dari Monsun Timur Laut ke kondisi antar-monsun, yang ditandai dengan angin ringan dan bervariasi. Pergeseran ini telah menyebabkan hujan terisolasi sesekali di beberapa bagian sub-wilayah Mekong, sementara sebagian besar daerah terus mengalami musim kemarau tradisional mereka.
Pola dan Implikasi Iklim Global
Pembaruan iklim musiman Organisasi Meteorologi Dunia menunjukkan keadaan netral untuk El Niño–Southern Oscillation (ENSO) untuk April–Juni 2025. Namun, indeks Indian Ocean Dipole (IOD) diperkirakan akan cenderung di bawah rata-rata, yang dapat memengaruhi pola cuaca di seluruh wilayah.
Anomali iklim yang diamati pada April 2025 menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan strategi adaptasi iklim yang komprehensif. Pemerintah dan masyarakat di seluruh Asia Tenggara harus memprioritaskan pengelolaan air berkelanjutan, kesiapsiagaan bencana, dan kerja sama regional untuk mengurangi dampak dari peristiwa cuaca ekstrem ini. Kegagalan untuk bertindak dapat membahayakan ketahanan pangan dan air, stabilitas ekonomi, dan kesehatan masyarakat secara keseluruhan di wilayah tersebut.