Krisis energi global semakin menjadi sorotan utama dunia pada awal tahun 2025. Ketegangan geopolitik, ketergantungan pada energi fosil, serta tantangan dalam menghadapi perubahan iklim, memicu banyak negara untuk mempercepat pencarian solusi energi yang lebih berkelanjutan.
Beberapa negara yang sebelumnya mengandalkan energi dari Rusia atau negara-negara besar penghasil minyak, kini mulai melirik alternatif baru, seperti energi terbarukan dan sumber energi ramah lingkungan lainnya. Negara-negara di Eropa, misalnya, berinvestasi besar dalam pembangkit listrik tenaga angin dan matahari. Di sisi lain, negara-negara Asia seperti China dan India juga meningkatkan produksi energi terbarukan, meski mereka tetap menghadapi tantangan dalam mengurangi ketergantungan pada batubara.
Namun, upaya ini tidaklah mudah. Meskipun ada peningkatan investasi dalam energi hijau, transisi menuju sumber energi terbarukan sering kali dibayangi oleh masalah infrastruktur yang belum memadai dan fluktuasi harga energi yang mengganggu. Sementara itu, di beberapa negara berkembang, masalah akses energi tetap menjadi tantangan besar yang menghalangi mereka untuk bergerak lebih cepat menuju solusi berkelanjutan.
Krisis ini juga server thailand mendorong dunia untuk lebih intensif dalam mendiskusikan kebijakan energi yang adil dan merata, serta dampaknya terhadap ketimpangan sosial dan ekonomi antarnegara. Dengan meningkatnya kesadaran akan dampak negatif energi fosil terhadap perubahan iklim, dunia sedang memasuki era baru di mana keberlanjutan energi menjadi prioritas utama bagi banyak negara.